Bersama Dakwah |
Wanita Turki Terjang Pelaku Bom Bunuh Diri, Puluhan Nyawa Selamat Posted: 31 Oct 2011 07:02 PM PDT Sebuah bom bunuh diri meledak di Bingol, Sabtu pukul 13.20 waktu setempat. Untungnya, sesaat sebelum pelaku menekan detonator di tubuhnya, seorang wanita Turki menerjangnya, menjauhkan dari massa. Berkat aksi heroik itu, puluhan nyawa dapat diselamatkan. Demikian lansir Todays Zaman. Wanita Turki pemberani itu kemudian diketahui identitasnya sebagai Hatice Belgin. Saat kejadian ia sedang berjalan-jalan di pertokoan bersama tiga orang anaknya. Ia menerjang pelaku, yang diyakini berasal dari Partai Buruh Kurdistan (PKK). 21 orang terluka akibat ledakan bom di di dekat kantor Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan itu. Sedangkan Hatice tewas akibat ledakan setelah menerjang pelaku. Setelah dilakukan pemeriksaan post-mortem, jenazah Hatice Belgin dishalatkan di Masjid Fatih, Bingol, dan dimakamkan di pemakaman Syeikh Ahmet. "Pengorbanan Hatice menyelamatkan banyak nyawa," kata Menteri Pembangunan Cevdet Yilmaz mengenang jasa Hatice. PKK sampai saat ini menjadi masalah bagi pemerintah Turki. Gerakan separatis itu dianggap cukup menghambat perkembangan Turki. Mulai dari aksi-aksinya di Irak Utara hingga bom-bom bunuh diri akhir-akhir ini. Pada tahun 2007, Turki menuding Pentagon mensuplai senjata PKK. Pada awal 2011, Laporan MIT yang dibentangkan di National Security Council Turki melaporkan Israel membangun hubungan dengan gerakan separatis Kurdi itu. [AN/bsb] |
Posted: 31 Oct 2011 07:09 AM PDT Malam ini, tepat sepekan lalu. Di depan sebuah hotel di jantung kota Surabaya, seorang teman sedang menunggu kawan-kawannya melepas lelah setelah seharian mengikuti training. "Pak, mau pijat?" Tanya seorang pria yang sudah berada di sampingnya. "Berapa?" tanya teman saya yang memang doyan pijat. "Tiga ratus ribu." Terhenyak dengan harga yang begitu tinggi, teman saya ini lantas curiga. "Pijat apaan?" selidiknya. "Pijat plus-plus," jawab pria tadi tanpa malu, "cantik Pak, putih, usianya 25 tahun." Astaghfirullah. Kontan saja, teman saya menolak sambil beristighfar. Beberapa menit kemudian saya -yang kebetulan diamanahi menjadi panitia training- dan beberapa orang tiba di tempat teman berada. Mendapat cerita itu, kami geleng-geleng. Sevulgar itu ternyata kemaksiatan dijajakan. Belakangan saya mendapat informasi bahwa modus seperti itu cukup populer. Jika obyek bersedia dan transaksi disepakati, ia tinggal memberikan nomor kamar hotelnya, dan agak malam kemudian "tukang pijat" akan mengetuk pintu. Demikianlah salah satu fenomena di negeri ini. Kemaksiatan bisa mendatangi kita di mana-mana. Ia mengincar korban agar terpesona. Lalu saat kita terlena, ia pun menyeret kita dalam perangkapnya. Sebagaimana kebaikan, ternyata kemaksiatan juga memiliki para penyeru, para agen. Mereka mengajak orang lain. Mereka menawarkan kepada orang lain. Dengan berbagai cara. Dengan berbagai metode. Bahkan mereka lebih gigih. Tanpa takut. Tanpa malu. Kita tidak tahu jika tiba-tiba agen seperti itu datang kepada kita. Atau syetan-syetan lain dengan rayuan yang berbeda. Yang pasti, yang menjadi permasalahan pertama adalah kualitas iman kita. Iman yang kokoh akan melahirkan rasa takut kepada Allah hingga dengan tegas kita menolak rayuan syetan seperti itu; baik ketika banyak orang maupun sendirian. Rasa takut kepada Allah inilah yang menjadikannya menjaga kehormatan. Menjaga kemaluan. "Ini adalah kesucian roh, rumah, tangga, dan jamaah," kata Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilal ketika menjelaskan ayat kelima surat Al-Mu'minuun. "Ia juga merupakan penjagaan jiwa, keluarga dan masyarakat, dengan menjaga kemaluan dari penyimpangan seksual yang tidak halal, menjaga hati dari keinginan kepada yang tidak halal, dan menjaga jamaah dari kebebasan syahwat di dalam hal-hal yang haram tanpa disadari. Yaitu, hancurnya institusi rumah tangga dan hancurnya keturunan." Menjaga keimanan, dengan demikian, haruslah terus kita upayakan. Membiarkan iman kita turun, berarti membuka benteng pertahanan kita hingga mudah dimasuki musuh. Membiarkan iman kita terus berkurang, berarti membuang perisai dan membiarkan pertahanan kita terbuka. Al Imaanu yaziidu wa yanqush. Iman itu naik dan turun. Yaziidu bith tha'ah, wa yanqush bil maksiyah. Naik dengan ketaatan, dan turun dengan kemaksiatan. Di sinilah seninya. Jika iman yang turun membuat kita mudah terperangkap dalam maksiat, ternyata turunnya iman juga diakibatkan karena kita berbuat maksiat. Sepertinya membingungkan, namun begitulah cara kerjanya. Semula, iman yang ada bisa turun dengan kemaksiatan kecil. Kemaksiatan kecil yang terus dilakukan akan menurunkan iman secara signifikan. Jika sudah demikian, kemaksiatan besar menjadi lebih mudah dilakukan. Umumnya, seseorang takkan terjerumus dalam kemaksiatan besar tanpa didahului kemaksiatan kecil. Zina, misalnya. Ia mulanya diawali dengan pikiran; kotornya keinginan. Lalu penglihatan. Kemudian sentuhan. Demikian seterusnya. Memperturutkan nafsu setiap kali ia datang, menjadikan nafsu yang lebih besar terundang untuk dilakukan. Sebaliknya, jika sejak awal nafsu dikekang dan dilawan, saat nafsu yang lebih besar datang, ia lebih mudah ditaklukkan. "Pangkal segala maksiat, ketaatan dan syahwat adalah pengumbaran nafsu," tulis Ibnu Atha'illah dalan Al-Hikam. Sebaliknya, "Pangkal segala ketaatan, kewaspadaan dan kebajikan adalah pengekangan nafsu." Marilah kita berdoa, memohon kepada Allah agar dijauhkan dari kemaksiatan, dilindungi dari godaan syetan, serta ditetapkan dalam Islam dan Iman. Allaahumma yaa muqallibal quluub, tsabbit quluubanaa 'alaa diinik. [Muchlisin] |
You are subscribed to email updates from Bersama Dakwah To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |